21 Des 2011

Syndrome 30 vs Paranormal Keparat!

Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya
Ya, beberapa jam lagi aku menginjak usia 30
Angka 30 seperti angka keramat buatku
Angka yang menjadi patokan si paranormal meramalkan jodohku bakal datang di usia itu
Angka yang menjadi Patokan bagi orang-orang awam untuk menyebut usia matang dan lebih dari cukup untuk menikah.

Kali ini aku memaknai usiaku ini sebagai titik awal, titik dimana aku akan menentukan masa depan dan kehidupanku selajutnya.
Tekadku sudah bulat untuk menjadi seorang single, tentunya seorang single happy seperti lagunya Oppie Andaresta.
Aku ingin mematahkan ramalan si Paranormal dan meyakininya klo itu hanya tebakan belaka.

Masih ingat di otakku betapa serunya aku menolak ajakan Ibuku waktu mau diajak meramal nasib dan dengan suara lantang aku bilang “nasibku bukan di tangan si Paranormal Keparat itu tapi di tangan Tuhan”.
Tanpa pantang menyerah dan tanpa kehadiranku juga, Ibuku diam-diam pergi sama Bapak ke Paranormal itu hanya untuk mengetahui bagaimana ramalan nasibku di masa depan. Alhasil si Paranormal meramal kalau jodohku bakal datang di usiaku yang ke-30 (info ini aku dapat dari adikku langsung yang aku yakini sebagai sumber terpercaya).

Tepat beberapa bulan sebelum usiaku genap mencapai angka 30 tahun aku diputusin sama pacarku. Meski sudah melalui sedikit negosiasi tapi keputusan doi untuk putus sudah sangat bulat sebulat kue donat menu sarapanku tiap pagi.
Mungkin sudah menjadi nasibku, dengan rasa kecewa aku melanjutkan hari-hariku yang galau tanpa kehadiran dia lagi. Putus cinta membuatku belajar introspeksi diri bahwa cinta tidak boleh membuatku gila karena aku tergolong mahluk waras yang masih punya logika.

Singkat cerita beberapa hari setelah aku genap berusia 30, aku mengenal seseorang yang sengaja aku add dari nick yang tertera di blognya. Dia tidak langsung serta merta accept tapi beberapa hari kemudian bahkan sempat aku hopeless.
Perasaan pertama ya tentunya seneng dong di accept, dan aku message dia dengan bilang thanks ya udah di accept…
Gak ada balasan berupa say hi atau salam kenal atau bla..bla..
OK fine. Meski dalam hati sempat meretuki orang ini “fiuhhh….dasar manusia salju berhati dingin”.

Keesokan harinya dia pasang status “cuaca yang sangat panas” dan dengan antusias aku message dia “wah lagi panas ya di Bali, gimana kalo di kampungku ya?”
Dia respon “emang kampungmu dimana?”
Tralala….seneng nih akhirnya dibalas juga messageku, dan sejak itu obrolan pun nyambung secara ternyata kita sekampung meski kenyataannya kita terpisah jarak beratus-ratus mil bahkan terpisah oleh deretan pulau.
Sejak obrolan itu aku mulai intens chatting dengannya mulai dari topic sederhana termasuk candaan jayus. Secara sengaja…lagi-lagi ini murni kesengajaan ya…ditengah-tengah obrolan kita bercanda aku suka nyelipin kalimat *lempar bra
Dan diluar perkiraanku ternyata doi menyambut lemparan bra-ku dengan suka cita.
Arrggghhhh….baru kali ini ada orang yang bersuka cita di lempar bra ke mukanya.
Kalau pepatah “dari mata turun ke hati” mungkin sudah sering kita dengar tapi kalau --- dari Bra turun ke hati --- mungkin baru kali ini. Sebenarnya saya ingin memakainya sebagai judul cerita yang saya tulis ini tapi rasanya kurang sopan menyelipkan kata “bra” terlebih kalau tulisan ini sempat dibaca sama anak-anak abg yang masih labil soal urusan daleman.

Keesokan harinya kita chatting lagi, dia suruh aku kirim gambar melalui hape (pake layanan MMS) dan dia memberikan no hapenya. Berhubung hapeku yang super canggih dan hanya bisa dipakai buat telpon dan SMS maka permintaanya untuk mengirimkan gambar melalui MMS tidak bisa aku realisasikan. Di akhir chatting aku simpan noomor hapenya dan sebelum aku tidur aku sms dia dengan kalimat “ini nomorku di simpan ya”
Dia balas “OK, makasih”
Pagi-pagi aku terbangun dengan mendapati sms selamat pagi darinya…seketika senyumku merekah meski masih beraroma jigong.
Dan itulah awal dari semuanya….semua tentang kisah kita sekarang.
Tepat di tanggal 1-11-11 dia memintaku untuk menjadi pacarnya.
Dan kesediaanku menerimanya sebagai pacar adalah murni secara sengaja. Ya semuanya sengaja kulakukan untuk memulai suatu hubungan pacaran yang sehat. Sehat yang kumaksud disini adalah bebas dari narkoba dan rokok sudah tentu, bebas dari materi (tidak ada istilah menghidupi dan dihidupi), dan bebas dari kebohongan. Kedengaran sedikit nyeleneh tapi begitulah kita berusaha membangun hubungan ini tanpa ada salah satu yang merusak ataupun dirusak. Take and give adalah motto keseimbangan kita.

Apakah dia jodoh yang dimaksud si Peramal keparat itu ya?
Entahlah…saya sendiri tidak tahu, tapi saya berusaha menjalani hubungan ini sebaik-baiknya dan semoga akan menjadi yang terbaik buat saya.

Sometimes we more romantic while we were stupid.





@AWD 2011

2 komentar:

  1. Sometimes we are like teenagers, when we are in love wkwkwkwkwk

    BalasHapus
  2. @sinyo,,, ane pan emang masih masuk kategori teenager hahahahahahahaha

    BalasHapus