Agak susah buatku untuk meyakinkan Ibu untuk menerima Ai kecil dirumah karena Ai tergolong anjing yang tidak aktif dan hanya bisa diam, tidur dan tak mau memakan makanannya. Lebih parahnya lagi si Ai kecil belum pernah menggonggong sama sekali di umurnya yang sudah 3 bulan. Mungkin karena kasihan melihat Ai yang tak mau makan, akhirnya Ibu mencoba memberikan kepala ayam yang sudah direbus, dicincang dan dicampur dengan nasi dan kuah rebusan kepala ayam, hasilnya si Ai pun tak menyisakan sedikit pun makanannya dan sejak saat itu Ai kecil menghabiskan setengah kilo kepala ayam rebus setiap harinya dan Ibu pun mulai menyukainya karena Ai selalu menempel kemanapun Ibu pergi.
Seminggu kemudian si Ai kecil telah bisa beradaptasi dengan suasana rumahku serta seluruh anggota keluargaku termasuk 2 ekor anjingku yang lain dan ia pun telah menjelma menjadi anjing kesayangan dalam waktu singkat. Ai kecil langsung mendapatkan hak istimewa di rumahku seperti bebas berkeliaran di dalam rumah, tidur siang di bawah meja makan dan makan dengan porsi jumbo.
Seiring dengan berlalunya waktu Ai kecil tumbuh menjadi anjing dengan tubuh yang besar berbulu lebat dan berwajah tampan dengan suara gonggongan besar dan menyalak. Diumurnya yang setahun ini jika dia berdiri tingginya tepat se dadaku. Sifat pemalasnya pun sedikit demi sedikit mulai berkurang dan berganti dengan kenakalan kenakalannya seperti menggaruk-garuk pintu kamarku subuh-subuh hanya untuk membangunkanku dan kabur begitu saja setelah aku bangun, atau naik ke lantai atas hanya ingin meledekku dengan mengencingi tempat sampahku.
“Aiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……..” teriakku dan dia pun langsung sembnyi dikamar ibuku atau dibawah meja makan. Tak cukup sampai disana kejahilannya, setiap hari sabtu aku selalu memandikan dan dia pun sudah tau itu. Antara jam Sembilan atau jam Sepuluh pagi mulailah aku mengejarnya dengan rantai ditanganku (Ai selalu lari dariku jika ia melihatku memegang rantainya ditanganku) setelah beberapa menit kejar-kejaran dengannya mendaratlah rantai stainless di kalungnya dan mau tidak mau ia pun ikut kemapun aku mengajaknya. Tapi begitu sampai di depan kamar mandi dia akan mogok. Dia tinggal duduk aja di depan kamar mandi maka aku tak akan kuat menariknya masuk kedalam sampai akhirnya aku terpaksa menggendongnya kedalam kamar mandi,,, halah halah aiiiii, jahilnya ga ketulungan.
Selain jahil, ia juga hobby ngambek terutama setiap kali kami meninggalkannya dirumah jika harus keluar kota untuk sehari-dua hari. Walaupun telah menitipka makanan kepada tetangga untuk nya dan anjing-anjingku lainnya, dia tidak akan memakan makanannya sampai kami kembali. Bahkan setelah kembalipun dia bukannya senang tapi selalu jual mahal dan berlalu begitu saja jika dipanggil,,, heiiih cape deh. Tetapi diluar semua kenakalannya dia juga anjing yang pintar, jika sedang dihukum karena kenakalannya, dia akan dirantai di garase rumah. Jika lebih dari se jam ia dirantai maka ia akan menggonggong meraung-raung seolah-olah menangis dan mengeluarkan tampang kasihan dengan mata yang berkaca-kaca dan tentu saja berakhir dengan kemenangannya, rantainya dilepas dan dapat makan pula, ckckckckckckckckck!!!
Pernah satu ketika Ai terluka tepat di atas kepala diatas matanya karena bertengkar dengan anjing tetangga. Awalnya luka nya kecil tapi karena digaruk terus dalam waktu 2 hari lukanya melebar sampai ke hidungnya dan mengeluarkan nanah. Perangainya pun sedikit berubah, Ai yang biasanya kalem pada saat itu tidak boleh disentuh dan wajahnya selalu ingin menyerang orang. Sampai akhirnya aku memanggil dokter hewan untuk memeriksa keadaan Ai. Karena badannya yang besar dan wajahnya yang sangar waktu itu jangankan dokter, ayah dan ibuku pun tidak berani mendekatinya. Akhirnya demi kesembuhannya aku memberanikan diri untuk mendekatinya dan dengan sedikit rayuan, aku berhasil menenangkanya sekaligus merantainya. Tapi begitu melihat sang dokter dengan beberapa suntukan ditangan dan mencoba mendekati nya, si Ai pun langsung menggonggongnya dengan keras. Dokter menyarankan untuk memakaikan penutup mulut pada Ai untuk menghindari hal-hal yag tidak diinginkan tetapi langsung kutolak.
Pelan-pelan ku tenangi dia, kubelai bulu dadanya dan tangan kananku pun merangkul lehernya serta tangan kiriku memegangi kepalanya sambil berkata kepada dokter untuk segera menyuntiknya. Dan ketika sang dokter berhasil mendaratkan suntikan di paha nya, seketika Ai berontak dan tanpa sadar, tangan kiri ku pun sudah masuk kedalam mulutnya. Bisa saja dengan mudah waktu itu Ai meremukkan tanganku dengan gigi-gigi besar dan taringnya yang tajam tapi hal itu tak terjadi. Ai langsung menolehku dan dalam sekejap langsung melepaskan tanganku dari mulutnya serta ia pun akhirnya pasrah. 3 kali suntikan di pahanya dia terima dan beberapa obat kusuapi kedalam mulutnya tanpa ada pemberontakan darinya. Sungguh jantungku berdetak sangat kencang saat itu, tapi aku percaya Ai tidak akan melakukan hal-hal yang bisa mencelakai aku atau anggota keluargaku yang lain, karena bagi kami Ai bukan hanya seekor anjing peliharaan tapi sudah termasuk anggota keluarga kami.
Syukur nya dalam waktu seminggu luka yang dideritanya sudah mongering dan bulunya yang rontok pun mulai tumbuh dibagian lukanya yang mengering tersebut. Segera setelah lukanya sembuh, Ai kembali lagi menjadi Ai ku yang dulu lagi, nakal dan suka jahil bahkan nafsu makannya pun menjadi berlipat ganda.
Eits sudah siang, aku lupa kalau hari ini jadwalnya Ai mandi, udah dulu ya, nanti kapan-kapan aku ceritakan lagi tentang kejahilan Ai yang lainnya…