Pemerintah provinsi Bali sepertinya mulai kebakaran jenggot akibat salah satu artikel yang dimuat di majalah Time yang berjudul "Holidays in Hell: Bali Ongoing Woes" yang ditulis oleh Andrew Marshall
Tulisan yang dimuat di media Time pada tanggal 1 April 2011 tersebut bukanlah hal yang mengada-ada atau mengarang tetapi memang benar kenyataannya seperti itu. semenjak tragedi bom bali 1 pada tahun 2002 yang mengakibatkan pariwisata di bali lumpuh total pemerintah seperti bekerja keras untuk mensukseskan program recovery bali dan menargetkan jumlah kunjungan wisatawan 2x lipat dari sebelum kejadian bom bali 1 dengan berbagai macam cara seperti mengadakan berbagai event yang berskala internasional, menjamurnya hotel-hotel dari kelas melati sampai bintang lima dan villa juga tak mau ketinggalan serta diskotik-diskotik tumbuh subur seperti jamur di musim hujan.
Dengan padatnya hotel-hotel, diskotik, restaurant, shopping center serta tempat-tempat rekreasi di Bali apakan sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana pendukung yang baik? tentu saja belum, sekarang kita lihat di area Kuta, Pantai Kuta semakin kotor akibat sampah-sampah-sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai akhirnya bermuara ke Pantai Kuta ditambah lagi setiap tahun ganggang laut beracun tumbuh subur dikawasan itu yang menyebabkan ribuan ikan mati dan akhirnya terdampar di sepanjang Pantai Kuta. Selain itu jalan-jalan di kawasan Tuban-Kuta-Legian-Seminyak hampir setiap tahun terdapat galian-galian yang entah tujuannya apa yang sudah tentu mengakibatkan jalan menjadi hancur dan membuat kawasan tersebut menjadi macet dengan situasi jalan-jalan di Bali yang tidak terlalu besar.
Tidak hanya hal tersebut diatas, truk-truk besar pengangkat bahan bangunan untuk proyek-proyek pembangunan hotel baru di kawasan wisata membuat kawasan terlihat kotor dan kumuh ditambah lagi debu yang beterbangan disekelilingnya semakin membuat siapapun menjadi kesal.
Tulisan "Holidays in Hell: Bali Ongoing Woes" seharusnya dapat dijadikan oleh pemerintah provinsi sebagai pemacu semangat untuk berbenah diri. Pariwisata di Bali merupakan Pariwisata Budaya dan bukanlah pariwisata seperti di tempat lain. Apalagi Bali memiliki KOnsep Tri Hita Karana yang seharusnya jika diaplikasikan dengan benar dalam kehidupan di Bali maka sudah dipastikan Bali tidak akan menjadi se ruwet sekarang ini.
Exploitasi Bali yang berlebihan oleh para pengembang dan pelaku pariwisata serta kurangnya kontrol oleh pemerintah bukan tidak mungkin lambat laun Bali akan ditinggalkan oleh para wisatawan dan nilai kesakralan serta budaya bali akan tergerus arus globalisasi. Devisa yang dihasilkan dari mengeksploitasi Bali tidak akan bisa sebanding dengan terkikisnya nilai-nilai budaya dan kesakralan Pulau ini.
"KEMBALIKAN BALI KU"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar