2013 adalah tahun yang penuh dengan warna. Ada suka, duka, bahagia, derita semuanya bercampur jadi satu. Tetapi yang ingin aku bagikan kali ini adalah kisahku di akhir tahun 2013. Merupakan salah satu bagian terberat dalam hidupku yang telah sukses aku lewati dengan baik.
Semuanya dimulai dengan ditutupnya kantorku pada awal bulan November 2013 kemarin yang dengan kata lain aku menjadi korban PHK. Dua minggu pertama aku masih menikmati hari-hariku dengan pergi memancing di tengah laut dan bersepeda di pagi dan sore hari. Tetapi setelah itu, kebosanan mulai melandaku. Akhirnya aku putuskan untuk mulai melamar kerja di perusahaan lain. Lamaran demi lamaran kukirimkan tetapi hasilnya nihil sampai-sampai aku benar-benar merasa frustasi dengan diriku sendiri.
Semuanya tidak berhenti sampai disana saja. Pada awal bulan December 2013, adik perempuanku terkena penyakit yg bisa dibilang "tidak jelas" yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit dengan biaya hampir 4 juta per hari. Memang adik ku sudah menikah dan menjadi tanggung jawab suaminya, tapi apakah status menikahnya lantas membuatku melepaskan hubungan darah yang ada diantara kami?. Belum lagi adikku itu punya baby yg umurnya baru sebulan lebih waktu itu. Aaaahhh, dengan semua hal yg terjadi membuat kepalaku serasa ingin meledak.
Dalam keadaan yang benar-benar depresi, aku bertanya pada si udul2:
"Dengan kemampuan dan pengalaman yang aku miliki selama 5 tahun terakhir, apa aku benar-benar tidak capable untuk perusahaan lain sampai-sampai tidak ada satu pun perusahaan yang mau memberikanku kesempatan bahkan hanya untuk sekedar interview saja?".
Dengan perlahan si udul2 memberikan penjelasan kepadaku bahwasanya dengan semua kemampuan dan pengalaman yang aku miliki, aku adalah sosok yang sangat potensial tetapi belum bertemu saja dengan perusahaan yang berjodoh denganku.
Akhirnya dalam keadaan yang kacau, aku putuskan untuk mengambil peralatan memancingku dan pergi mancing ke laut bareng si wawa. Sejenak ingin kulepaskan semua beban penat di kepalaku dengan membuangnya dilautan. Setelah beberapa jam mengambang ditengah laut, dengan kepala yang sedikit lebih ringan aku pulang ke rumah dan membawa beberapa ekor ikan kerapu hasil tangkapanku. Dan benar saja keputusanku untuk pergi ketengah laut melepas penat karena sesampainya dirumah aku mendapat kabar kalau kondisi adikku mulai membaik dan stabil. Terima kasih Tuhan, berkurang sudah satu bebanku, gumamku dalam hati.
Setelah adik ku keluar dari rumah sakit, aku dan si udul2 pergi liburan ke Singapura yang memang sudah direncanakan dari 6 bulan sebelumnya. Liburan kali ini, selain sebagai pembuktian janjiku untuk mengajaknya berlibur sebagai hadiah anniversary kita yang ke-2 juga sebagai momen me-refresh pikiranku yang kacau balau. Selama liburan di Singapura, aku dan udul2 banyak bertukar fikiran terutama demi kepentingan dan kebaikan kami berdua. Awalnya, kami berencana bahwa liburan kali ini sekaligus menjadi momen kepulangan si udul2 ke Bali untuk menetap. Tetapi karena kondisiku yg bisa dibilang kacau, akhirnya aku izinkan si udul2 menerima pinangan perusahaannya untuk dikontrak selama 6 bulan kedepan. Intinya adalah aku tidak ingin si udul2 pulang ke Bali sebagai pengangguran dalam kondisi aku yg juga masih pengangguran.
Liburanpun akhirnya selesai dan kami pulang ke Bali bersama-sama. Sesampainya di Bali, aku mendapat telpon untuk menghadiri interview di salah satu perusahaan dan dua hari kemudian aku pun hadir memenuhi undangan interview tersebut. Tepat dua hari setelah interview, si udul2 jatuh sakit sampai-sampai aku harus melarikannya ke unit gawat darurat di salah satu rumah sakit swasta di Denpasar. Setelah diobservasi selama kurang lebih 3 jam, dokter menyimpulkan bahwa si udul2 terkena penyakit tifus dan gejala demam berdarah. Ya Tuhan, cobaan apalagi yang kamu berikan padaku? tanyaku dalam hati. Setelah mendapatkan ijin dari orang tuanya, aku menjadi orang yang akan menjaga udul2 selama dirawat dirumah sakit (kebetulan waktu itu ada upacara agama di rumah si udul2 jadi keluarganya belum bisa datang untuk mengurus nya).
Dua hari pertama dirawat di rumah sakit, udul2 mengalami demam yang sangat tinggi yang mana suhu tubuhnya berada dikisaran 39-40 derajat celcius. Semua obat yang diberikan oleh dokter harus masuk lewat infus, jadi setiap malam selama dua hari mataku harus fokus ke obat yang diberikan dokter karena jika aku lalai dan obatnya sampai habis maka darah dari tangannya akan naik ke infusnya. Setelah dua hari, suhu tubuhnya mulai normal di kisaran 36 derajat celcius tetapi justru trombositnya yang menurun drastis. Dengan penuh kesabaran aku selalu mendukung si udul2 untuk berjuang melawan penyakitnya. Aku yang setiap hari mengingatkan rumah sakit untuk mengkonfirmasi keadaan si udul2 ke asuransinya untuk bisa mem back up biaya rumah sakit. Aku menjadi tiang infus berjalan bagi si udul2 ketika ia harus ke kamar kecil atau bosan tiduran di kamarnya. Aku juga yang selalu membersihkan tubuhnya dua kali sehari termasuk membersihkan muntah-muntahannya ketika perutnya mual. aku yg selalu merayunya untuk mau makan karena saat itu setiap kali ia disodori masakan rumah sakit, perutnya langsung mual dan akhirnya diam-diam aku membelikannya makanan diluar rumah sakit. apapun akan aku lakukan demi kesembuhan si udul2 waktu itu.
Seharusnya si udul2 kembali ke batam pada tanggal 29 December 2013, akan tetapi kondisinya yang masih lemah mengharuskannya untuk menunda keberangkatannya tersebut ditambah lagi dokter juga tidak mau mengambil resiko untuk memberikannya ijin keluar rumah sakit sebelum kondisinya benar-benar stabil. Akhirnya dengan berbekal surat keterangan dirawat di rumah sakit, aku me reschedule keberangkatan si udul2 ke batam menjadi tanggal 6 january 2014. Setelah kondisinya stabil dan trombositnya naik pada tanggal 30 December 2013 setelah 5 hari dirawat di rumah sakit akhirnya si udul2 dipersilahkan untuk melakukan rawat jalan. Bisa kulihat jelas di wajahnya, si udul2 begitu bahagia akhirnya ia bisa meninggalkan rumah sakit.
Pada saat aku dan ayah si udul2 sedang beres2 untuk persiapan keluar rumah sakit, aku mendapatkan telpon yang menkonfirmasi bahwa aku diterima kerja di salah satu perusahaan tempat aku melakukan interview beberapa hari sebelumnya dengan posisi baru dan salary berlipat dari yang aku dapat dari perusahaan sebelumnya. Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang aku rasakan, apakah ini benar-benar nyata? apakah ini buah dari kesabaranku selama dua bulan ini? banyak sekali pertanyaan yg terlintas di otakku saat itu. Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang aku rasakan, semuanya terlihat terlalu sempurna.
Akhirnya sampai juga dipenghujung tahun 2013, dan aku benar-benar bersyukur atas semua cobaan yang diberikan Tuhan kepadaku selama dua bulan terakhir. Semua itu mengingatkan aku bahwa hidup itu seperti roda yang berputar, kadang kita berada diatas dan kadang kita berada dibawah. Jangan lelah untuk terus berusaha dan melakukan yang terbaik karena Tuhan selalu punya rencana yang indah dibalik semua cobaannya.
Semoga cerita ini bisa memberikan sedikit suntikan motivasi bagi teman-teman yang sedang menghadapi masalah, percayalah semua akan indah pada waktunya.
Grey 2014
Catatan:
SELAMAT TAHUN BARU 2014. SEMOGA DITAHUN YANG BARU INI KESUKSESAN SELALU MENGIRINGI DALAM SETIAP LANGKAH KAKI KITA.